MT Sports

Ketua Timnas Indonesia: 'Saya datang untuk turun tangan tapi dipukuli'

Waktu rilis:2023-05-18 Sumber: Duy Đoàn - Hiếu Lương(MetaSports) Komentar
Kamboja Pak Kombes Pol Surmadji yang merupakan perwira senior kepolisian Indonesia ingin menghentikan pertarungan di final SEA Games ke-32 namun akhirnya menjadi korban.

"Sebenarnya saya buru-buru menghalau semua orang tapi dipukul. Cederanya tidak serius, ini bagian dari permainan," kata Sumardji seperti dikutip dari Antara News.

Di awal perpanjangan waktu pertama, pertandingan di Stadion Olimpiade, Phnom Penh pada 16 Mei malam, Irfan Jauhari mencetak gol untuk menaikkan skor menjadi 3-2 untuk Indonesia. Rekan setimnya kemudian berlari untuk merayakannya di depan area teknis Thailand, sebagai tanggapan atas lawan yang melakukan hal yang sama pada mereka saat menyamakan kedudukan 2-2 di penghujung babak kedua. Perkelahian pecah dari sana.

Surmadji melompat turun tangan. Saat hendak menarik keluar asisten Indonesia, seorang anggota Thailand bergegas mendorong dan terjatuh di lapangan. Pemimpin delegasi Indonesia harus telentang agar tidak diinjak massa saat pertempuran. Dia kemudian tidak dapat berjalan sendiri, jadi dia harus meminta seseorang untuk membantunya kembali ke tempat duduknya. Surmadji mengalami luka di bibir yang menyebabkan pendarahan.

Saat ditanya apakah Thailand sudah meminta maaf setelah kejadian itu, Surmadji mengaku belum jelas. "Sebaliknya, saya meminta maaf kepada Thailand," kata Surmadji, yang mengaku telah belajar dari kesalahannya.

Kombes Pol Surmadji lahir pada tahun 1972 dan merupakan perwira senior kepolisian Indonesia. Pada tahun 2016, ia bergabung dengan sepak bola, diangkat sebagai ketua tim Bhayangkara FC. Pada 2019, ia mulai memimpin tim U22 Indonesia dan membuka kejuaraan U22 Asia Tenggara.

Dalam pertandingan tersebut, wasit mengeluarkan total lima kartu merah untuk Thailand dan dua untuk Indonesia, selain 12 kartu kuning untuk kedua tim. Pertandingan berakhir dengan skor 5-2 untuk Indonesia, membantu mereka memenangkan medali emas SEA Games pertama sejak 1991.

Usai pertandingan, pelatih Indra Sjafri menegaskan bahwa Thailand yang menciptakan konflik tersebut. Namun, kedua belah pihak secara aktif berdamai dan saling meminta maaf.

Pemimpin tim Thailand Yuttana Yimkarun mengingatkan para pemain untuk menahan diri. Dia mengatakan kepada surat kabar Matichon: "Insiden itu tidak serius. Ini adalah ujian kemampuan para pemain untuk tetap tenang. Saya selalu menekankan kepada mereka bahwa mereka perlu tahu bagaimana mengendalikan emosi mereka. Thailand akan bangkit setelah kalah. Ini adalah untuk mempersiapkan babak final U23 Asia Tenggara".

Wakil presiden Federasi Sepak Bola Thailand itu juga menyatakan dukungannya kepada pelatih Issara Sritaro. Ia mengatakan, Thailand tidak kalah dari lawan manapun di SEA Games, meski kehilangan medali emas. “Mudah-mudahan pelatih Sritaro tetap menggelar tim di turnamen Asia Tenggara U23 yang akan diselenggarakan Thailand pada September mendatang. Kami terus meminta kerjasama dari klub-klub. Turnamen itu bertepatan dengan FIFA Day, sehingga tim di sana akan memiliki personel yang lebih baik lagi,” dia berkata.

Komentar terbaru
Masuk untuk berkomentar
Kirim
No comments