Indonesia lolos dari larangan FIFA
"Indonesia menghindari sanksi berat - melarang partisipasi dalam kegiatan sepak bola dunia," kata Presiden PSSI Erick Thohir kepada surat kabar Republika pada 6 April malam dari Prancis. "Dengan kata lain, kami hanya mendapat kartu kuning, bukan kartu merah."
Menurut Ketua PSSI, negosiasi dengan FIFA berjalan baik. Dengan demikian, Indonesia hanya dikenakan denda administratif berupa penangguhan pencairan dana dari FIFA Forward - dana FIFA yang membantu federasi anggota mengembangkan sepak bola dan fasilitasnya. Menurut Thohir, FIFA akan mempertimbangkan untuk terus memberikan dukungan tersebut kepada Indonesia setelah meninjau kembali strategi pengembangan sepakbola yang diberikan PSSI.
“Ini pelajaran dan berkah bagi sepak bola Indonesia,” kata Thohir. "Dalam jangka pendek, sepak bola Indonesia masih bisa menggelar SEA Games ke-32."
Pak Thohir pergi ke markas FIFA di Swiss untuk bertemu langsung dengan presiden organisasi ini Gianni Infantino mulai 3 April. Ketua PSSI pun mencoba meyakinkan FIFA dengan rencana transformasi sepak bola di negeri seribu pulau itu. Salah satu komitmennya adalah merenovasi 22 stadion agar bisa melayani timnas maupun klub di kejuaraan nasional. Namun, permintaan untuk menggantikan Peru menjadi tuan rumah Piala Dunia U17 2023 - sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh banyak penggemar Indonesia - tidak disebutkan dalam program kerja antara Thohir dan FIFA.
Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 2023 dan telah menyelesaikan proses persiapan. Namun undian pada 31 Maret di Bali dibatalkan karena konflik politik dan pemerintah pulau wisata terkenal ini tidak mengizinkan perwakilan Israel untuk masuk. Pada 29 Maret, FIFA mengeluarkan keputusan pencabutan hak organisasi untuk berorganisasi dan mengancam akan menghukum berat Indonesia. Saat ini, FIFA belum memutuskan negara yang akan menggantikan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 tahun ini. Argentina dianggap sebagai kandidat paling potensial.
Menurut Center for Macroeconomics and Finance Indonesia, negara kehilangan sekitar 3.500 miliar rupiah (sekitar 5.500 miliar VND) hanya karena dicabut hak menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Efek domino bisa terjadi dan damage akan meningkat.