Pelari Rwanda dibunuh karena cinta segitiga
Menurut keluarga Rubayita, pelari tersebut terbunuh pada tanggal 22 Agustus di Iten ketika seorang rekan Keynanese dan pacarnya mengundangnya ke rumah mereka pada malam sebelum berangkat ke Italia untuk berkompetisi.
Nasra Bishumba, adik perempuan Rubayita, mengatakan kepada BBC bahwa kakaknya diperkirakan akan pulang ke Kigali pada 25 Agustus sebelum berangkat ke Italia sesuai jadwal. Pelatih Rubayita di Iten pergi mencari kakaknya ketika teman sekamarnya melaporkan bahwa pelari tersebut telah keluar dan tidak pernah kembali.
Polisi yang menyelidiki kasus tersebut menyebutkan bahwa Rubayita dibunuh karena konflik cinta segitiga yang melibatkan seorang mahasiswi di Kenya Medical Training College (KMTC). Tersangka utama Duncan Khamala - seorang pelari pria berusia 27 tahun asal Kenya - disebut-sebut membunuh Rubayita karena cemburu.
Berdasarkan penyelidikan awal, Rubayita dan siswi KTMC itu putus tahun lalu. Pada Desember 2022, ia mulai menjalin hubungan dengan Khamala, namun kemudian masih menjalin asmara dengan Rubayita. Polisi menduga Khamala berencana menindak rival cintanya saat mengetahui mahasiswi KMTC dan Rubayita kembali menjalin hubungan.
Namun, dua teman sekamar Rubayita membantah bahwa pelari Rwanda itu putus dengan pacarnya dan dia memulai hubungan lain. Teman lainnya mengungkapkan, Rubayita dan mahasiswi KMCT tersebut sedang mempertimbangkan untuk menikah setelah lebih dari dua tahun berpacaran.
Jenazah Rubayita ditemukan di pinggir jalan di Iten. “Kami melihat tubuhnya. Rubayita dipukuli dan keluar darah dari telinga kiri dan kanannya,” kata seorang teman. Polisi telah menyelesaikan otopsi dan jenazah Rubayita telah dikembalikan ke Rwanda untuk pemakaman.
Rubayita telah mewakili Rwanda di banyak turnamen internasional di Afrika dan Eropa. Dia menempati posisi ke-13 di International Peace Marathon Kigali 2023 pada bulan Juni.