Tiga faktor bisa menentukan pertarungan hebat Man City - Bayern
Di Bayern, Julian Nagelsmann rutin menggunakan sistem 4-2-3-1 dan klub tersebut juga memiliki tim yang lebih mumpuni dari Chelsea dua musim lalu. Karenanya, Tuchel tidak mengubah taktik dengan mempertahankan formasi 4-2-3-1 pada beberapa laga awal bertugas di Allianz Stadium.
Kemungkinan besar, pelatih berusia 49 tahun itu akan mempertahankan sistem ini saat menjadi tamu di Etihad. Saat menguasai bola, Bayern bermain dalam formasi 4-3-3 dengan Joshua Kimmich berperan sebagai playmaker jauh di depan empat bek, sementara rekannya Leon Goretzka bergerak lebih tinggi.
Sistem Tuchel sangat fleksibel saat menyerang, dan langsung berubah saat Bayern kehilangan bola. Seperti saat di Chelsea, Tuchel tetap ingin Bayern mengambil inisiatif, menekan dan berusaha merebut kembali bola sedekat mungkin dengan gawang. Dengan demikian, "Gray Lobster" kembali ke formasi dasar 4-2-3-1 saat bertahan dengan Goretzka kembali sejajar dengan Kimmich, sedangkan Thomas Muller kembali ke peran No.10 di belakang striker.
Namun tak menutup kemungkinan Tuchel membuat kejutan dengan mengubah formasi Bayern menjadi formasi tiga bek untuk lebih mengutamakan barisan pertahanan. Saat itu, tiga bek tengah tim tandang adalah Dayot Upamecano, Matthijs De Ligt, dan Benjamin Pavard.
Meski baru berkuasa lebih dari dua pekan, jelas Tuchel selalu mengatur pertahanan yang tinggi. Pelatih asal Jerman itu ingin bertahan dengan formasi 4-2-3-1, namun jika menyangkut tekanan di sepertiga bawah, sistem berubah tergantung lawan.
Misalnya pada laga Der Klassiker, Dortmund menggunakan Emre Can sebagai playmaker tunggal, namun Jude Bellingham kerap mundur ke tim senior. Saat ini terjadi, Goretzka akan sejajar dengan Muller satu lawan satu. Dengan demikian, skema pertahanan Bayern kembali berubah dari 4-2-3-1 menjadi 4-1-4-1.
Tuchel menekankan soliditas di lini tengah dan memaksa lawan memutar bola ke sayap. Alasannya karena bertahan di sayap jauh lebih mudah daripada di tengah, karena tim penyerang akan memiliki sudut passing yang lebih sedikit karena keterbatasan garis sentuh.
Untuk melakukan itu, striker Eric Maxim Choupo-Moting memberikan tekanan dari satu sisi, tidak membiarkan bek tengah lawan mengoper ke partner, melainkan mengirim bola ke sayap. Sejak saat itu, Bayern terus bersaing sengit dengan strategi satu lawan satu.
Hari itu, Tuchel melakukan debut akbarnya saat Bayern menghancurkan Dortmund 4-2. Tapi perjalanan ke Etihad hari ini adalah tugas yang jauh lebih sulit karena pasukan di bawah Guardiola ahli dalam melepaskan tekanan dan menyebarkan bola dari lapangan tuan rumah.
Setiap pertandingan, Man City selalu menguasai bola lebih banyak dari lawan dan rencana Bayern sepertinya tidak akan berhasil. Para pemain Guardiola merasa lebih nyaman bermain di bawah tekanan dan di ruang sempit melawan skema menekan serupa.
Bahkan, dalam pertandingan Man City mengalahkan Liverpool 4-1 di Liga Inggris pada 1 April lalu, Jurgen Klopp meminta anak didiknya untuk memberikan tekanan dengan cara yang diharapkan akan diterapkan Bayern di Etihad hari ini. Saat itu, downline Liverpool banyak membuka celah ketika pressing gagal dan menjadi penyebab kekalahan mereka. Ini bisa menjadi pelajaran bagi Tuchel untuk menemukan pendekatan permainan yang tepat untuk Bayern.
Penyesuaian taktis penting lainnya yang dilakukan Tuchel di pertandingan awalnya sebagai pelatih Bayern adalah seberapa agresif para bek sayap di depan sayap lawan. Pelatih Jerman itu ingin para pemainnya memberikan tekanan di seluruh lapangan, bukan sepertiga terbawah. Artinya, full-back harus mengikuti penyerangnya masing-masing meski berada jauh untuk menerima bola.
Selama pertandingan Der Klassiker, Julian Brandt sering turun kembali ke home court untuk membantu mengembangkan bola. Saat itu, Alphonso Davies selalu mengikuti lawan dengan sangat dekat meski membuka ruang di belakang.
Tentu saja gaya permainan ini memiliki kekurangan yaitu pertahanan Bayern sering kekurangan orang di sayap. Dortmund tidak bisa memanfaatkan dan menghukum juara Bundesliga, tapi Man City berada di level yang sangat berbeda.
Skenario yang sama bisa saja terjadi hari ini ketika winger Man City mundur ke lapangan tuan rumah untuk menerima bola guna menyeret full-back lawan. Saat itu, pemilik rumah bisa menggunakan umpan panjang atau menyodok slot untuk membiarkan gelandang tengah bergerak ke ruang menerima bola. Gelandang Bayern kali ini terpaksa merelakan posisinya menjadi buih demi rekan setimnya, yang artinya area di sekitar area penalti akan lebih terbuka.
Sejak Guardiola mengambil alih, Man City selalu sangat berbahaya dengan situasi di mana dia berlari untuk mengeksploitasi ruang tersebut. Saat menganalisis tata letak Bayern di bawah Tuchel, pelatih Spanyol itu akan tahu bahwa ini mungkin cara terbaik bagi Man City untuk menemukan jalan masuk ke gawang lawan melalui dua putaran.